0
0
Energi hijau kini menjadi ajang persaingan global. Jika dulu minyak adalah komoditas strategis, kini baterai dan teknologi energi terbarukan menjadi senjata baru dalam perang dagang internasional. Amerika Serikat, Tiongkok, Uni Eropa, hingga negara Asia Tenggara terlibat dalam kompetisi untuk menjadi pemimpin di sektor ini.
Pentingnya Baterai di Era Modern
Baterai bukan hanya untuk ponsel, tetapi juga inti dari kendaraan listrik, penyimpanan energi surya, dan sistem cadangan listrik nasional. Negara yang menguasai rantai pasok baterai berarti menguasai masa depan industri otomotif dan energi global.
Tiongkok Sebagai Pemimpin Saat Ini
Saat ini, Tiongkok menguasai lebih dari 70% produksi baterai dunia. Perusahaan seperti CATL dan BYD mendominasi pasar global. Dengan cadangan lithium, cobalt, dan rare earth yang besar serta kontrol terhadap rantai pasokan, Tiongkok menjadi pemain utama.
Amerika & Eropa Menyusul
Amerika meluncurkan Inflation Reduction Act yang memberi subsidi besar untuk produksi baterai domestik. Sementara Uni Eropa mendorong proyek “Gigafactory” agar tidak terlalu bergantung pada impor dari Tiongkok.
Persaingan yang Menghangat
Persaingan ini meluas ke negara berkembang. Indonesia, misalnya, dengan cadangan nikel terbesar dunia, menjadi medan perebutan investasi pabrik baterai. Korea Selatan dan Jepang juga ikut berlomba mengamankan sumber bahan baku.
Risiko Perang Dagang
Jika persaingan ini tidak dikelola dengan baik, dunia bisa menghadapi perang dagang baru. Embargo bahan baku, tarif tinggi, dan nasionalisme sumber daya bisa memicu krisis global, mirip dengan konflik minyak di abad 20.
Penutup:
Energi hijau adalah masa depan, dan baterai adalah kuncinya. Siapa yang memenangkan perang dagang ini akan menjadi raja energi baru dunia.
